Toleransi Beragama Ala Prof. KH. Nasaruddin Umar dan Indonesia: Diplomasi Fundamental Peradaban Islam Global 

HEADLINE38 Dilihat

Anre Gurutta (AG) Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A (Menteri Agama RI & Imam Besar Masjid Istiqlal) saat memberikan materi kuliah umum di program Pasca Sarjana UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu- Dokumentasi pribadi Prof. Dr. Sirajuddin, M.Ag, MH tahun 2019

Sosok Anre Gurutta (AG) Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A dikenal sebagai ulama kharismatik yang kerap menggaungkan seruan moderasi beragama. Sebelum saat ini ia diamanahkan Presiden Prabowo untuk menduduki posisi sebagai Menteri Agama dalam kabinet merah putih masa jabatan 2024-2029, selama bertugas sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, ia juga aktif membuka gerbang Istiqlal untuk kunjungan silaturahmi atau dialog lintas agama. Bahkan dalam berbagai diskusi dan hasil tulisan ilmiah, Prof. Nasaruddin Umar sering disebut sebagai pembaharu dalam dunia Islam di Indonesia dikarenakan pandangan-pandangannya yang progresif. Beliau juga dikenal sebagai salah satu ulama yang gencar memperjuangkan Islam yang menghargai keadilan gender dan hak-hak perempuan, serta mengedepankan dialog antaragama sebagai upaya membangun keharmonisan di masyarakat yang majemuk (Nursyam Center, 5 November 2024). Beberapa hal yang seringkali beliau tekankan tentang moderasi dan toleransi beragama selama beberapa waktu adalah agar kita tidak gampang memberikan label musyrik kepada orang lain, baik itu untuk orang yang menganut kepercayaan yang sama dengan kita ataupun pada orang lain dengan kepercayaan agama yang berbeda, karena bisa jadi tuduhan yang kita arahkan kepada orang lain adalah milik kita sendiri. Ini juga sesuai dengan apa yang diajarkan Islam tentang bagaimana kita dapat menghargai perbedaan, toleran, dan moderat, dan menghindari sikap ekstrim untuk mencapai kehidupan yang aman dan damai tanpa konflik yang dapat menghancurkan.

Dimata publik selama ini, Prof. KH. Nasaruddin Umar juga dikenal sebagai Ulama yang senantiasa “menyejukkan” semua kalangan masyarakat, dan giat menyerukan ukhuwah. Beliau sangat menekankan betapa pentingnya persatuan umat, yang lebih menekankan aspek titik temu, bukan pada aspek perbedaan. Beberapa langkah yang kerapkali telah ia tempuh yaitu melalui kegiatan diskusi akademik rutin antar organisasi serta masyarakat antar lintas beragama, sehingga melalui aktivitas- aktivitas itulah yang membuat Prof. KH. Nasaruddin Umar menjadi sosok yang sangat peka terhadap isu-isu sosial dan keagamaan terkini, diantaranya adalah toleransi dan kesetaraan. Beliau pernah menjelaskan dalam beberapa forum seminar dan kajian secara virtual bahwa Al-Qur’an mengakui adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan, akan tetapi perbedaan itu bukanlah pembeda yang mendiskriminasikan sehingga hanya menguntungkan salah satu pihak, lalu merugikan pihak lainnya. Melainkan perbedaan itu sejatinya dimaksudkan untuk mendukung misi pokok Al-Qur’an, yakni terciptanya hubungan harmonis, sehingga terwujud komunitas ideal di masyarakat secara luas. Salah satu kontribusi besar KH. Nasaruddin Umar adalah dalam isu kesetaraan gender. Sebagai salah satu ulama yang secara terbuka mendukung hak-hak perempuan dalam perspektif Islam, beliau menunjukkan bahwa Islam memang telah selayaknya memuliakan semua manusia tanpa memandang jenis kelamin. Pendekatan ini juga selaras dengan nilai-nilai toleransi dan keadilan, menciptakan ruang bagi masyarakat yang saling menghormati.

Terkait isu toleransi beragama, dalam berbagai kesempatan, Prof. KH Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa toleransi adalah kesediaan seseorang untuk menerima dan menghargai sebuah perbedaan. Hal ini, utamanya, merupakan sikap yang perlu ditanamkan bagi setiap individu ketika menghadapi suatu perbedaan. Jangan karena mendapati suatu perbedaan lalu membuat lalu kita menjadi berkonflik atau berjarak, justru perbedaan itu adalah konfigurasi yang sangat harmoni, sebab di Indonesia setiap perbedaan senantiasa dapat diramu menjadi satu kesatuan yang kemudian disebut dengan Bhinneka Tunggal Ika. Untuk itu, beliau kerapkali mengingatkan tentang pentingnya toleransi beragama untuk dapat dibenar- benar terimplementasi secara utuh, terutama pada generasi muda yang kedepan akan menjadi tulang punggung bangsa Indonesia (Mutiara Ramadan detikcom, Minggu, 1 Mei 2022).

Selanjutnya, Prof. KH. Nasaruddin juga menguraikan hikmah di balik setiap perbedaan. Terbukti dari surah Al Maidah ayat 48 yang menjelaskan bahwa segala perbedaan di dunia ini yang secara sengaja diciptakan sedemikian rupa oleh Allah SWT,

“…Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikanNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukanNya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan,”..

Sebab itulah, Allah SWT menciptakan beraneka ragam wujud umat manusia di bumi hingga mengatur perbedaan antara dua jenis kelamin, perbedaan pemikiran, sikap dan banyak hal lainnya. Sehingga seharusnya kita jangan meratapi perbedaan tersebut, melainkan harus mensyukuri tiap perbedaan tersebut. Prof Nasaruddin kemudian menjelaskan dampak negatif dari sikap intoleran atau sikap yang tidak menghargai perbedaan. Hal tersebut akan melahirkan kehancuran dan sikap keras kepala dari seseorang yang merasa dirinya benar dan lebih tinggi. Sehingga dari narasi toleransi beragama yang kerapkali disampaikan dan ditampilkan melalui perilaku oleh sosok Prof. KH. Nasaruddin Umar selama ini, merupakan suatu rujukan fundamental utama yang memang saat ini dibutuhkan oleh umat Islam Indonesia dan dunia dalam menyongsong perdaban global di era sekarang.

M. Arif Rahman Hakim, Ph.D (Penulis Merupakan Dosen UINFAS Bengkulu & Scholar in Residence (SIR) Fellow- Faculty of Education, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *