Judul : Single, Sex and Survival (Triple-S)
Penulis : Rizka Moeslichan
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Kota Terbit : Jakarta
Tahun : 2009
Tebal Buku : 195 halaman
Status single dalam kehidupan sehari-hari kerap kali masih menjadi momok bagi para single (parent) baik laki-laki maupun perempuan. Pembicaraan tentang mereka-mereka yang lepas dari status menikahnya ini lebih sering dipandang negatif daripada positifnya.
Dalam buku yang berjudul Single, Sex, and Survival yang diterbitkan PT. Elex Media Komputindo pada tahun 2009 ini, Rizka Moeslichan menuliskan pandangan tentang kehidupan para single (parent) berdasarkan hasil wawancaranya dengan beberapa narasumber yang tidak keberatan cerita mereka dimuat di buku ini, dengan nama samaran tentu saja.
Tak segan-segan, Rizka Moeslichan juga membahas terkait kehidupan seksual para narasumber dengan pengakuan yang akan mengejutkan pembaca. Karena seperti yang saya sampaikan di paragraf pertama tulisan ini, para janda dan dudha ini seringkali dianggap negatif. Meski tak jarang ada yang memang sudah mahfum dengan status single tersebut. Namun kebanyakan pandangan negatif masih mendominasi.
Dalam buku ini, disertakan dengan beberapa data angka perceraian dan beberapa alasan mengapa narasumber memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya sehingga memilih siap menyandang status single. Buku ini juga menulis tentang bagaimana kondisi psikologis penyandang status single ketika dihadapkan dengan masyarakat. Ada tanggapan yang menyatakan sikap positif dan ada juga yang negatif.
Di BAB pertama, Riska Moslichan membahas mengenai apakah status menikah begitu penting. Beberapa kisah tentang narasumbernya yang ketika berada di lingkungan masyarakat tampak tak di dampingi pasangan ketika ditanyai orang lain, masih terdapat perasaan-perasaan negatif karena pertanyaan mengenai status dianggap begitu sensitif dan bersifat personal. Terdapat juga beberapa alasan mengapa terjadi perceraian dan alasan-alasan memilih single.
Di BAB kedua, pembahasan buku ini membahas tentang SEX. Sex disini tidak semerta-merta diartikan sebagai hubungan seksual, tapi beragam pandangan dari narasumber mengartikan sex itu sendiri. Seperti salah satu narasumber Riska yang diwawancarainya dan memberikan jawaban mengejutkan ketika ditanyai apa makna seks. Jawaban narasumber tersebut menuturkan, Male or Female. Memang seperti pendidikan seks yang seringkali diberikan dalam forum-forum keperempuanan, setau saya seks juga berarti jenis kelamin. Bukan sesempit membicarakan hubungan seksual. Dalam BAB ini menurut penulis menjabarkan tentang edukasi dibarengi dengan pengalaman serta pandangan tentang seks itu sendiri.
Selain itu, kehidupan seksual para janda dan duda juga tak segan-segan dibahas disini. Karena, hal ini seringkali menjadi topik yang juga paling disorot oleh orang lain. Cerita tentang narasumber yang enjoy dengan kehidupan seksualnya ditengah-tengah kehidupan dan status sosial yang mentereng, salah satu narasumber ini tetap mampu mengatasi kebutuhan seksnya tanpa mengganggu kehidupan sosialnya tentunya dengan tetap menyandang status single.
Status janda ternyata juga tak jarang membuat istri teman kerja lebih posesif terhadap suaminya karena memiliki rekan kerja dengan status single tersebut. Rizka Moslichan menuliskan hasil risetnya tentang seorang single mom yang bekerja dengan satu tim yang didominasi oleh kaum laki-laki, beristri tentunya. Stigma tentang janda tak jarang membuat istri-istri tidak nyaman dengan tuduhan yang ditanyakan sang istri. Namun, sebetulnya tidak hanya stigma negatif yang dicap oleh para istri. Janda dalam buku ini diterangkan juga kera kali mendapatkan pelecehan. Seperti kutipan ini “… ayolah Yan……emang kamu ga kesepian? Jangan muna, lah, aku tau kok kamu juga pasti pengen donk, kan udah lama nggak….” cerita salah satu narasumber perempuan yang ditulis Rizka.
Ada juga cerita tentang narasumber yang tetap bertahan untuk tidak berhubungan seks karena menjaga untuk tidak menyakiti perasaan siapapun karena menurut sang narasumber seks merupakan hal yang dilakukan di dasari perasaan saling cinta, bukan sekedae kebutuhan semata. Selain itu juga narasumber ini masih mengalami keterpurukan terkait pengkhianatan yang dilakukan sang mantan sewaktu masih menjalani masa pernikahan.
Di Bab ketiga, Buku ini membahas tentang cara seorang single bertahan dan bangkit dari segala kesakitan dan keterpurukan atas kegagalan di masalalu. Karena ternyata dampak dari perilaku pengkhianatan dalam pernikahan membuat psikologis seseorang dapat terganggu sehingga berpengaruh pada lingkungan dan kehidupan sosial. Dan terdapat tips-tips untuk pembaca agar dapat melanjutkan hidup dengan ilmu-ilmu psikologi dan komunikasi yang dimuat didalam tulisan ini.
Di tiap-tiap pembahasan, perbincangan yang dituliskan betul-betul enak dibaca. Karena pembahasan ini cenderung lebih menyentuh ke kehidupan pribadi dan termasuk obrolan mendalam -menurutku-, jadi pembaca dapat mengenai titik-titik penting bagi yang memiliki pengalaman sama serta dapat membuka wawasan bagi yang tidak memiliki teman berstatus single di lingkungan sehari-harinya.
Saya membeli buku ini di Gramedia Bencoolen Mall Kota Bengkulu sejak tahun 2016. Sudah 7 tahun sejak buku ini pertama kali terbit.
Saya langsung tertarik membahas buku ini sekarang, karena sejak terakhir kali membaca buku ini di tahun 2018 rasanya isi buku ini benar-benar relate dengan kehidupan di sekitar kita. Namun, untuk mencari teman yang memiliki pengalaman yang sama dengan yang ditulis di buku ini, akan sangat canggung ketika mempertanyakan alasan mengapa memilih single.
Beruntunglah, dengan membaca buku ini setidaknya memberikan saya pengalaman baru, dan mendapatkan pengalaman menarik melalui karya Riska Moeslichan.
Penulis : Sausan Citra Ramadhanty