Fenomena Siswa Mudah Melapor Saat Ditegur Guru Jadi Sorotan Dunia Pendidikan

Bengkulu, Dunia pendidikan nasional tengah menghadapi tantangan serius dalam relasi antara guru, siswa, dan orang tua. Fenomena siswa yang mudah melapor setiap kali mendapat teguran dari guru semakin sering terjadi di berbagai jenjang pendidikan. Teguran yang sejatinya bersifat edukatif, seperti pengingat disiplin, etika, dan tanggung jawab belajar, kerap disalahartikan sebagai bentuk tekanan.

Kondisi ini membuat sebagian guru berada pada posisi sulit. Tidak jarang teguran yang masih dalam koridor pedagogis dan etika profesi berujung pada laporan ke orang tua atau pihak sekolah, sehingga dikhawatirkan melemahkan peran guru sebagai pendidik dan pembimbing karakter.

Menanggapi fenomena tersebut, Rahmat Jumri, M.Pd, praktisi pendidikan, menilai persoalan ini tidak bisa dipandang secara hitam putih. Meningkatnya keberanian siswa untuk melapor dapat dimaknai sebagai tumbuhnya kesadaran akan hak-hak peserta didik, namun harus diimbangi dengan pemahaman tentang proses pendidikan.

“Teguran dalam pendidikan bukanlah kekerasan, melainkan bagian dari strategi pembinaan karakter. Guru menegur untuk membimbing, bukan merendahkan. Jika setiap teguran dimaknai sebagai pelanggaran, maka fungsi edukatif guru akan melemah,” ujarnya.

Rahmat menambahkan bahwa pola asuh orang tua yang cenderung protektif turut memengaruhi sikap siswa dalam menerima koreksi. Kurangnya komunikasi dan pemahaman konteks pembelajaran kerap memicu miskomunikasi antara sekolah dan keluarga. Padahal, sekolah dan orang tua seharusnya menjadi mitra dalam menanamkan nilai dan kedewasaan.

Ia menegaskan bahwa pendidikan bukan ruang tanpa koreksi. Kesadaran akan hak siswa harus berjalan seiring dengan pemahaman kewajiban, kemampuan menerima kritik, serta kesiapan menghadapi konsekuensi secara sehat. Oleh karena itu, penguatan pendidikan karakter dan literasi emosi menjadi hal yang sangat penting.

Sejalan dengan itu, pemerintah mendorong komunikasi tiga arah antara sekolah, orang tua, dan peserta didik, serta perlindungan terhadap guru dalam menjalankan tugas profesionalnya. Pendidikan karakter dinilai sebagai kunci untuk membangun iklim sekolah yang sehat dan saling menghargai.

Fenomena ini menjadi refleksi bahwa tantangan pendidikan masa kini tidak hanya terletak pada kurikulum dan teknologi, tetapi juga pada kepercayaan, kedewasaan, dan tanggung jawab bersama. Teguran guru yang dilakukan secara proporsional dan beretika semestinya dipahami sebagai bagian dari tanggung jawab mendidik, bukan ancaman yang harus selalu dilaporkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *