Kartini Society, KartiniLove.ai dan Sekolah Cahaya Rancamaya menggelar Sekolah Kepemimpinan Kartini. Sekolah ini diselenggarakan pada Sabtu,18 Oktober 2025. Hadir sebagai pembicara diantaranya Rini Widyanti Menteri PAN RB, Arifatul C. Fauzi Menteri Pemberdayaan Perempuan, Irjen Pol (Purn) Ida Oetari Komisioner Kompolnas, dan Amira Ganis Founder Brawijaya Group.
Para peserta juga terdiri dari kalangan pimpinan dan manajer berpengalaman dari pemerintahan, swasta, NGO dan guru-guru terbaik. ‘Tujuan dari Sekolah Kepemimpinan Kartini ini adalah menggali pemikiran Kartini dan merakitnya dalam modul kepemimpinan (perspektif) perempuan),’ dalam sambutannya Dr. Ari Rosandi General Manager Sekolah Cahaya Rancamaya.
Sekolah ini juga sebagai bentuk Kartini Society dalam mengkampanyekan profil perempuan Indonesia. ‘Perempuan Indonesia itu cerdas (seperti kartini) dan berani (seperti Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dien, dst)’ imbuh Dr. Awaludin Marwan, co-founder Kartini Society.
Dalam sesi ini, Rini Widyantini mengungkapkan meskipun Aparatur Sipil Negara (ASN) perempuan berjumlah 57 %, namun yang sampai pada JPT Utama itu hanya 11 %. Ia pun berpesan ‘kepemimpinan perempuan adalah gaya memimpin dengan penuh empati, kolaborasi dan berintegritas.’
Hal ini menyebabkan jika pemimpin perempuan diberikan kesempatan dalam pengambilan keputusan, ia akan jauh lebih bertumbuh dan berdampak. Rini meyakini bahwa ‘Perempuan hadir bukan untuk menggantikan, tapi untuk berkolaborasi.’
Pada kesempatan ini juga, Arifatul Choiri Fauzi meluncurkan secara resmi Sekolah Kepemimpinan Kartini. Ia sangat terbuka dengan segala bentuk kolaborasi untuk menjunjung harkat martabat para perempuan Indonesia. ‘Tangan kami tidak cukup panjang untuk merangkul. Tangan kami juga tidak cukup kuat menyangga. Mari bersama-sama,’ kata Arifatul.
Sementara itu, Irjen Pol (Purn) Ida Oetari mengingat kembali sosok Kartini. ‘Kartini, seseorang yang berjuang untuk melakukan pembaharuan di tengah keterbatasan.’ Mimpi dan cita-cita Kartini belumlah tuntas. Kitalah saat ini yang harus meneruskannya.
Selain Ida, pada sesi awal, sekolah ini diisi oleh Amira Ganis, Founder Brawijaya Group yang pengalaman di bidang bisnis. Ia berpesan pada semua leaders, untuk menguatkan manajemen stresnya. ‘Terutama di dunia kesehatan, banyak sekali perempuan bagus. Namun selain ekosistem yang tidak mendukung, faktor psikologis juga perlu ditaklukkan,’ kata Amira.
Sekolah ini ditutup dengan diskusi kelompok membahas persoalan perempuan di tempat kerja. Diskusi berlangsung dengan cukup interaktif dan produktif. Sebuah papan ditempelin kata-kata yang berasal dari surat-surat Kartini. Sebagai pengingat, bahwa perjuangan belum selesai dan terus bersemangat!

