Harapan Aksi Nyata Literasi Lewat Relima

Bengkulu – Sejak awal Bulan Juli 2025, langkah saya dipertemukan dengan sebuah perjalanan yang mengubah cara pandang hidup saya yaitu saya di berikan kesempatan untuk bergabung sebagai Relawan Literasi Masyarakat (Relima) Perpusnas RI di Lokus Kota Bengkulu. Saya, seorang pendidik sekaligus pegiat literasi, saya merasakan bahwa panggilan jiwa ini bukan sekadar kegiatan sosial, tetapi misi besar untuk menyalakan cahaya pengetahuan di tengah masyarakat.

Di bawah naungan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, saya belajar banyak tentang arti kata “Perjuangan Literasi”. Setiap advokasi yang kami lakukan baik ke pemerintah daerah, media, maupun dunia Pendidikan, membuka mata saya bahwa literasi bukan hanya urusan membaca buku, tetapi juga sebuah gerakan panjang yang membutuhkan komitmen, kolaborasi, dari hati yang tulus.
Bersama Relima, saya turut mendata dan menginventarisasi seluruh Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kota Bengkulu. Proses ini membuat saya mengenal wajah-wajah pejuang literasi yang bekerja tanpa pamrih. Ada yang membuka TBM di ruang tamu rumahnya, dan ada yang menjadikan garasi kecil sebagai surga baca anak-anak. Dari sini saya melihat mereka adalah bukti hidup bahwa semangat literasi tidak pernah padam meskipun terbatas oleh sarana dan dana.

Kebahagiaan itu tidak lagi hanya terpancar dari rak yang terisi rapi, melalui pengelola TBM bersuara dan bercerita, Ketika saya berdiri di tengah TBM-TBM kecil yang kini dipenuhi buku bantuan Perpusnas RI, para pengelola datang mendekat dengan mata berbinar dan kata-kata yang mengalir penuh Syukur, namun bukan sekadar ucapan terima kasih. Mereka berbagi cerita tentang apa yang berubah dan apa yang ingin mereka lakukan selanjutnya, seolah memberi peta kecil bagi langkah-langkah ke depan.

Mereka bercerita tentang anak-anak yang Bahagia Ketika mereka tiba-tiba memiliki pilihan buku bacaan untuk dibaca yang mana buku buku bacaan itu mengajarkan mereka untuk memiliki rasa empati, yang membangkitkan imajinasi. Rak yang dulu kosong kini menjadi saksi kecil transformasi, anak-anak duduk lebih lama, orang tua pun Bahagia melihatnya, Seketika saya menawarkan diri untuk mengisi sesi mendongeng di setiap TBM yang saya kunjungi. Dari perjalanan itu kegiatan mendongeng dan membaca buku untuk mengisi dan menghibur anak-anak di sekitar lingkungan berkelanjutan, lokakarya membaca kreatif untuk mengajak anak menulis dan bercerita, serta pelatihan sederhana tentang pengelolaan koleksi dan pencatatan agar buku tidak hilang.

Ada pula permintaan yang menyentuh mereka mengusulkan kolaborasi dengan sekolah setempat yang berdekatan dengan TBM terdekat dan jadwal kegiatan bersama agar TBM tidak sekadar membaca buku di tempat, melainkan tempat pinjam-balik dan sebagai ruang hidup komunitas.

Dalam setiap usulan terlihat keinginan yang sama, menjadikan bantuan buku bukan titik akhir, melainkan awal sebuah gerakan berkelanjutan. Mendengar semangat mereka, saya tahu tugas kami sebagai Relima bukan hanya mendata dan memberi, kami juga menjadi jembatan yang menghubungkan bantuan dengan rencana nyata yang bisa dijalankan Bersama sama. Dengan harapan agar setiap buku yang terangkai di rak menjadi pintu bagi anak-anak untuk melangkah lebih jauh.

Saya merasa menjadi bagian dari sebuah gerakan besar yang menumbuhkan rasa cinta baca di hati masyarakat. Setiap rak yang terisi, setiap buku yang terbuka, adalah simbol bahwa literasi terus bergerak. Inilah alasan saya terus berkomitmen mendukung program Perpusnas dan memastikan dampaknya berkelanjutan bagi generasi mendatang. Yang paling membahagiakan adalah ketika saya bisa terjun langsung mengenalkan literasi melalui mendongeng. Setiap kali saya bercerita, mata anak- anak berbinar. Mereka tertawa, bertanya, dan kadang ikut menirukan tokoh-tokoh dalam cerita. Dari situlah saya yakin mendongeng dan membaca buku adalah jembatan emas yang menghubungkan buku dengan hati anak-anak. Saya melihat perubahan nyata anak-anak yang awalnya hanya datang untuk bermain, kini mulai meminjam buku dan membacanya bersama.

Pemanfaatan layanan perpustakaan penerima bantuan Perpusnas kepada TBM telah memberikan dampak besar bagi Masyarakat di Kota Bengkulu. Koleksi buku yang semakin beragam dan kegiatan literasi yang terstruktur membuat masyarakat lebih dekat dengan pengetahuan. TBM menjadi ruang belajar alternatif, tempat anak-anak, remaja, bahkan orang tua menemukan inspirasi dan harapan baru.

Dampak ini tidak berhenti di sini. Bersama Relima, kami terus menyalakan api literasi dengan menjalin kolaborasi baru, menyebarkan cerita inspiratif melalui media sosial, serta menguatkan jejaring antar TBM. Ke depan, saya percaya gerakan ini akan melahirkan generasi yang tidak hanya gemar membaca, tetapi juga kritis, kreatif, dan berkarakter.

Menjadi relawan literasi bukan sekadar tugas, melainkan sebuah panggilan hati. Saya belajar bahwa setiap langkah kecil dari mendata TBM, menyuarakan advokasi, hingga mendongeng untuk anak-anak adalah sumbu yang menyalakan lentera literasi. Dan selama lentera itu menyala, harapan akan masa depan literasi untuk Kota Bengkulu akan terus hidup dan maju. SALAM LITERASI!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *