Kasus Medis Langka, Seorang Balita di Seluma Keluarkan Cacing Pita Dari Hidung dan Mulut

Seluma, Tintabangsa.com- Kasus medis yang jarang terjadi telah dilaporkan di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Seorang balita berusia sekitar dua tahun diketahui mengeluarkan cacing gelang (Ascaris lumbricoides) melalui mulut dan hidungnya pada hari Minggu, 14 September 2025.

Reaksi panik dari kedua orang tua balita tersebut mendorong mereka untuk segera membawa anaknya ke RSUD Tais. Saat tiba di fasilitas kesehatan tersebut, balita, yang hanya memiliki berat badan 8 kilogram, langsung mendapatkan perawatan intensif di ruang ICU.

Kondisinya mengkhawatirkan karena ia mengalami gejala demam tinggi, batuk berdahak, kegelisahan hebat, dan diduga menderita bronkopneumonia, yakni suatu bentuk infeksi paru-paru yang serius.

Eva Roida, Direktur RSUD Tais, mengonfirmasi bahwa selama mendapat perawatan, pasien secara berulang kali mengeluarkan cacing gelang.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter spesialis anak, ditemukan adanya kumpulan cacing di saluran pencernaan pasien yang tidak dapat keluar melalui jalur normal seperti anus. Pasien sempat berada dalam kondisi kritis, termasuk kehilangan kesadaran akibat larva atau telur cacing yang telah menyebar ke organ tubuh lainnya, ungkap Eva pada hari Senin, 15 September 2025.

Dalam proses perawatan di rumah sakit tersebut, tercatat sebanyak delapan ekor cacing berhasil dikeluarkan dari mulut dan hidung balita tersebut.

Menambah kompleksitas situasi, kakak kandung balita yang saat ini berusia empat tahun juga menunjukkan gejala serupa. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kakaknya diketahui menderita infeksi cacing yang sama, kata Eva.

Menghadapi keterbatasan sumber daya medis, terutama ketiadaan dokter spesialis anak dengan kompetensi yang memadai untuk menangani kasus ini, pihak RSUD Tais mengambil langkah merujuk kedua saudara tersebut ke rumah sakit di Kota Bengkulu untuk mendapat intervensi medis lebih lanjut.

Insiden ini mengejutkan masyarakat setempat dan menimbulkan keprihatinan mendalam. Mengingat tingginya risiko komplikasi yang dapat membahayakan nyawa anak-anak, kasus seperti ini bukan saja langka tetapi juga memerlukan perhatian khusus dalam konteks kesehatan masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan daerah.(TB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *