Oleh: Ade Riska Astari
Dosen STIESNU Bengkulu
Tintabangsa.com – Pendidikan di era sekarang mengalami transformasi yang sangat cepat dan kompleks. Terutama jika dikaitkan dengan perkembangan teknologi digital yang telah mengubah wajah dunia pendidikan secara drastis, baik dari sisi metode pembelajaran, peran pendidik, hingga karakter peserta didik. Kita saat ini telah hidup di zaman yang mana kelas tidak lagi terbatas oleh dinding, buku digantikan oleh layar, dan guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu.
Di satu sisi, digitalisasi telah memberikan akses yang luas terhadap ilmu pengetahuan. Materi pelajaran dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Platform pembelajaran daring seperti Google Classroom, Zoom, hingga Learning Management System (LMS) lokal berkembang pesat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia pendidikan. Sehingga ini merupakan peluang besar untuk mewujudkan pendidikan yang lebih merata dan fleksibel.
Namun, di sisi lain, kita juga menghadapi tantangan serius dalam hal pembentukan karakter. Kecenderungan generasi muda yang terlalu akrab dengan gawai (Gadget) dan media sosial membawa konsekuensi terhadap menurunnya daya tahan terhadap stres, minimnya empati, hingga lemahnya interaksi sosial. Maka, pendidikan di era sekarang tidak cukup hanya menekankan pada pencapaian akademik semata, tetapi juga harus menyeimbangkannya dengan penanaman nilai-nilai moral, etika, dan tanggung jawab sosial.
Ini memiliki implikasi terhadap peran guru juga harus berubah. Guru tidak lagi cukup menjadi pengajar, melainkan harus tampil sebagai fasilitator, motivator, bahkan inspirator. Mereka juga perlu menguasai kompetensi yang terkait dengan teknologi, memiliki kreatifitas, dan mampu membangun hubungan yang bermakna dengan para siswanya. Di sisi lain, sekolah dan lembaga pendidikan perlu mengembangkan manajemen yang adaptif, inovatif, dan berpihak pada kebutuhan peserta didik zaman sekarang.
Sehingga pendidikan hari ini adalah tentang bagaimana menyiapkan generasi yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara emosional, matang secara sosial, dan kuat secara spiritual. Ini bukan hanya sebuah tantangan yang besar bagi seluruh elemen bangsa Indonesia, tapi juga sekaligus peluang emas untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) yang utuh dan siap menghadapi dunia yang terus berubah dalam waktu singkat atau sangat dinamis.