Oleh: Elman Johari
Dosen Perbankan Syariah STIESNU Bengkulu
Tintabangsa.com – Merger tiga Bank Syariah milik Himbara: Bank BRI Syariah, Bank Mandiri Syariah, dan Bank BNI Syariah — yang melahirkan Bank Syariah Indonesia (BSI) pada awal 2021 merupakan momen
bersejarah dalam perjalanan perbankan syariah nasional.
Langkah strategis ini menandai babak baru integrasi kekuatan ekonomi umat dalam satu entitas besar yang diharapkan mampu bersaing, tak hanya di pasar domestik, tetapi juga regional bahkan global.
Harapan: Mewujudkan Sentralisasi dan Penguatan Ekosistem Syariah
BSI hadir dengan membawa harapan besar untuk memperkuat industri keuangan syariah yang selama ini terfragmentasi. Dengan total aset yang langsung melonjak menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, BSI memiliki potensi menjadi katalis dalam pengembangan ekosistem syariah, termasuk industri halal, wakaf produktif, dan UMKM berbasis syariah.
Selain itu, merger ini diharapkan memperkuat inklusi keuangan di segmen masyarakat yang selama ini belum tersentuh layanan perbankan konvensional. Keunikan prinsip syariah yang menolak riba, mengutamakan keadilan, dan berbasis pada aktivitas riil dianggap mampu menarik simpati masyarakat, terutama generasi muda yang lebih sadar akan etika dan nilai-nilai spiritual dalam aktivitas ekonomi. Tantangan: Harmonisasi Sistem dan Kepercayaan Publik, namun di balik optimisme tersebut, sejumlah tantangan besar mengadang. Pertama adalah harmonisasi sistem operasional, budaya kerja, dan teknologi dari tiga entitas yang sebelumnya memiliki struktur berbeda. Proses integrasi ini tidak hanya memakan waktu, tetapi juga bisa mempengaruhi kualitas layanan apabila tidak ditangani secara profesional.
Kedua, tantangan dalam membangun kepercayaan publik pasca-merger juga signifikan. Publik menaruh harapan tinggi pada BSI, namun ekspektasi itu harus diimbangi dengan pembuktian kinerja nyata, terutama dalam pelayanan, inovasi produk, dan kemudahan akses digital. Jika tidak, BSI berisiko kehilangan momentum kepercayaan.
Menatap Masa Depan, Keberhasilan BSI dalam mengarungi fase pasca-merger sangat bergantung pada kepiawaian manajemen dalam membaca peluang, mengelola risiko, dan menjaga semangat syariah dalam praktik bisnis yang kompetitif. Perlu ada inovasi yang berkelanjutan dalam layanan digital, pengembangan SDM yang memahami prinsip syariah, dan kerja sama aktif dengan berbagai pemangku kepentingan, baik di sektor swasta maupun pemerintahan.
Merger ini bukanlah akhir dari proses, melainkan titik awal menuju transformasi besar. Dengan komitmen kuat dan manajemen strategis yang tepat, BSI berpotensi menjadi mercusuar perbankan syariah di kawasan, sekaligus motor penggerak ekonomi nasional yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.