Mukomuko, tintabangsa.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mukomuko, melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko menghimbau kepada seluruh masyarakat Kabupaten Mukomuko untuk mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan cara menerapkan pola Hidup Bersih dan Sehat (HBS)
Himbauan ini disampaikan oleh Bupati Mukomuko, H. Sapuan, SE, MM, AK, CA, CPA, CPI, melalui Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mukomuko, Bustam Bustomo, SKM, dengan didampingi Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Mukomuko, Jajat Sudrajat, SKM, saat ditemui awak media tintabangsa.com di ruang kerjanya di kantor Dinkes Kabupaten Mukomuko, Senin (28/08/2023).
Kabid P2P Dinkes Kabupaten Mukomuko, Jajat Sudrajat, mengatakan, himbauan tersebut berkaitan dengan peristiwa kasus DBD di Desa Lubuk Sanai, Kecamatan XIV Koto, Kabupaten Mukomuko yang diduga menyebabkan kehilangan nyawa satu keluarga yang cukup memprihatinkan dan sempat viral belum lama ini.
Menurut Jajat Sudrajat, selain himbauan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan DBD di tengah masyarakat, Pihak Dinkes Kabupaten Mukomuko juga menganjurkan kepada Masyarakat agar menerapkan pola Hidup Bersih dan Sehat (HBS) yakni dengan melakukan beberapa langkah mulai dari menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk dan menanam jenis tumbuhan pengusir nyamuk serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah.
“Di rumah mungkin kita teledor dengan tempat -tempat penyimpanan air bersih yang bisa menjadi bersarangnya nyamuk, contohnya, bak mandi yang tidak pernah dikuras, tempurung kelapa yang tergenang dengan air, kaleng bekas berisi air, tidak membersihkan tempat minum di sangkar burung. Beberapa kemungkinan tersebut bisa saja menjadi penyebab bertumbuh dan berkembangbiaknya DBD,” jelas Jajat Sudrajat.

Kata Jajat Sudrajat lingkungan sangat mendukung terjadinya penularan DBD dan hal itu sangat erat kaitannya dengan kasus yang terjadi di Lubuk Sanai belum lama ini.
Lanjut Jajat Sudrajat, ketika terjadi kasus DBD, pencegahan dari sisi epidemiologi yang dilakukan Fogging, pembersihan lingkungan, membongkar tempat-tempat berkembang biaknya nyamuk.
“Melakukan Fogging tanpa membongkar tempat bertumbuh berkembangbiaknya nyamuk bukan solusi. Memberantas DBD yang paling utama dilakukan menghabisi sarang tempat berkembangbiaknya nyamuk,” lanjut Jajat Sudrajat.
Lebih jauh dijelaskan Jajat Sudrajat, langkah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu menaburkan bubuk abate ke tempat tempat yang dimungkinkan itu menjadi pertumbuhan perkembang biak nyamuk, misalnya kolam mandi kolam kecil di rumah.
Kemudian fogging atau pengasapan yang diberikan racun nyamuk. Fogging sebenarnya tidak efektif dalam jangka panjang memberantas DBD, karena hanya untuk sesaat saja. “Misalnya, ini kita lakukan Fogging di salah satu tempat tapi sarang nyamuknya tidak diberantas, maka 3 hari kemudian nyamuk akan berkembang dan menyebar lagi, artinya tidak menyelesaikan masalah,” jelasnya.
Maka menurut Jajat Sudrajat, gerakan penanganan DBD yang paling utamanya adalah pemberantasan sarang nyamuk, makanya saat kejadian di Lubuk Sanai belum lama ini, pihaknya mengundang seluruh pihak Puskesmas dan pengelola program kemudian menganjurkan dan mengarahkan melaksanakan gerakan PSN secara serentak berkoordinasi dengan Forkopimcam dan jajaran pemerintah desa setempat di seluruh wilayah kerja Puskesmas, sudah sepakat dan sudah dilaksanakan.
“Bukan berarti kita bersyukur kasus ini meningkat, tetapi membuat masyarakat lebih perduli terkait dengan kebersihan lingkungannya sehingga masyarakat tau bahwa kejadian DBD bisa menyebabkan kematian, salah satu penyebabnya adalah lingkungan yang kotor, sehingga menjadi semacam penyuluhan bagi masyarakat,” ujar Jajat.
Jajat Sudrajat menyampaikan, terkait kejadian kasus DBD di Desa Lubuk Sanai belum lama ini, yang pertama kita lakukan, penyelidikan Epidemiologi, gunanya untuk melihat dari mana datangnya kasus DBD, sejauh mana gejala dan kira-kira potensi penyebarannya kemana, itu ditulis bentuk kronologis kejadian, selanjutnya dilakukan fogging radius seratus meter kemudian sweeping demam atau rafidtes DBD di sekitar lokasi kejadian.
“DBD itu biasanya dipengaruhi oleh cuaca dan tidak terjadi setiap tahun. Ketika hujan meningkat DBD meningkat karena banyak genangan di mana- mana. jadi masyarakat harus waspada setiap saat biasakan pola hidup bersih dan sehat lakukan langkah Pemberantasan DBD di lingkungan tempat tinggalnya masing- masing sehingga terhindar dari serangan DBD.” Tutup Jajat Sudrajat. (ADV/AS)