Kendala Biaya, Keluarga Siswa Patah Tangan Urung Bawa Anak Ke Rumah Sakit

Lebong, tintabangsa.com – Februari lalu, siswa Kelas 6 SD 52 Lebong Atas alami cidera patah tangan disebabkan bercanda dengan teman sekelasnya.

Kejadian tersebut langsung ditanggapi pihak sekolah dengan membawa korban untuk berobat ke tukang urut patah.

Namun, beberapa hari berselang tukang urut menyarankan anak untuk dibawa ke rumah sakit karena patah tulang tersebut dinilai cukup parah.

Pihak keluarga korban pun membawa anak mereka ke rumah sakit untuk dilakukan rontgen pada Senin (13/3/23).

Dari hasil rontgen tersebut pihak Rumah Sakit Ujung Tanjung Lebong mengeluarkan surat rujukan untuk korban dibawa ke bagian Orthopedi Rumah Sakit Tiara Sella Kota Bengkulu, Selasa (14/3/23).

Namun, malang bagi keluarga korban yang terbilang kurang mampu ini dapat membawa anaknya ke Rumah Sakit di Kota Bengkulu.

“Kami tidak ada biaya untuk bawa anak kami ke rumah sakit di kota. Hingga hari ini kami mengobati anak kami ke tukang urut di Kecamatan Topos saja kami masih kekurangan,” ujar Helpi Kusmawati, Ibu Kandung Korban.

Helpi juga menjelaskan bahwa Pihak sekolah yang menyarankan tempat urut di Kecamatan Topos tersebut.

“Biaya sekali berobat bisa sampai 500ribu rupiah, untuk ongkos mobil dan keperluan obat anak kami. Pertanggungjawaban dari keluarga Siswa F (teman korban, red) tidak cukup untuk bawa anak sekali berobat,” tambahnya.

Sebelumnya, sudah ada surat damai dari pihak keluarga Siswa F dan Siswa A yang berisi tentang tanggung jawab orang tua Siswa F untuk memberikan pertanggung jawaban sebesar Rp 200.000 setiap sekali berobat, hingga siswa A dapat mengikuti aktivitas belajar di sekolah.

“Kalau anak kami sudah masuk sekolah, berarti mereka sudah tidak lagi akan memberikan biaya pengobatan untuk anak kami,” sesal Ibu yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan ini.

Dalam surat perjanjian yang ditandatangani oleh Bapak korban diakui tidak diketahui oleh Ibu Korban.

“Saya memang tidak hadir waktu tandatangan perjanjian damai ini karena saya pikir sudah cukup dengan bapak anak kami,” terang Ibu korban, lagi.

Ibu korban berharap pihak sekolah dapat membantu untuk meringankan biaya pengobatan siswa A.

“Kami berharap ada bantuan dari pihak sekolah untuk kami bawa anak kami berobat ke rumah sakit di kota. Karna kita tidak tahu nasib kedepannya, kami tidak ingin akibat dari cidera anak kami ini dialaminya seumur hidup,” harap Helpi.

Untuk diketahui, ibu korban sudah bercerai dengan Bapak korban sejak 3 tahun lalu. (bks)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *