Musi Rawas, tintabangsa.com, – Bupati Musi Rawas (Mura), Hj Ratna Machmud melakukan Panen Calon Benih NS dan BS padi unggul Varietas Dayang Muratan 1 dan Muratan 4.
Dengan pengembangan teknologi ini, diharapkan, padi unggul lokal semakin meningkat mutu maupun hasilnya dan bisa membantu kesejahteraan masyarakat terutama petani.
Bupati Ratna Machmud mengatakan, padi dayang rindu ini sudah ada sejak dulu. Bahkan, ketika saya masih kecil dulu padi dayang rindu jika diolah menjadi beras dan dimasak, nasinya wangi, pulen dan tidak terlalu lengket dan menjadi makanan favorit.
“Asal nama Muratan sendiri diambil dari gabungan nama Musi Rawas, Universitas Musi Rawas dan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan). Dimana, dayang Muratan ini jika dipanen hasilnya bisa 3-4 kali lipat dibandingkan varietas padi lainnya,” ungkap Bupati di Balai Benih Utama (BBU) di Desa Tegal Rejo, Kecamatan Tugumulyo, Selasa (15/06/2021).
Padi unggul Varietas Dayang Muratan ini tentu saja selaras dengan visi misi yakni mewujudkan Musi Rawas Maju, Mandiri dan Bermartabat, tambah Bupati. Sebab, maju teknologinya, mandiri hasilnya dan bermartabat daerahnya. Sehingga, kedepan penyebaran bibit padi ini dapat lebih banyak lagi untuk diberikan kepada petani agar bisa menyejahterahkan masyarakat Mura.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Mura, Zuhri Syawal menjelaskan proses panjang perjalanan bibit unggul varietas padi lokal ini dimulai dari tahun 2010, saat itu dilakukan pemurnian hingga tahun 2013. Setelah tahun 2013 benih diradiasi kemudian ditanam masa tahun 2013 – 2018 dari jenis M1 sampai M7.
“Setelah pemurnian kita uji diberbagai lokasi dengan 10 galur harapan, tanaman ini disurvey dan diseleksi langsung oleh tim varietas ternyata sudah sangat layak dilepas.
Tentunya proses pelepasan ini setelah sidang varietas yang terdiri dari peneliti ahli dari Kementan, beberapa perguruan tinggi terkemuka dan Batan.
Hasilnya didapatkan varietas Muratan 1 dan Muratan 4. Ini merupakan prestasi, karena sangat jarang daerah lain dapat lulus sekaligus 2 varian seperti di Musi Rawas,” paparnya.
Dari aspek bisnis kita lebih menguntungkan juga, tambahnya. Karena varietas ini bukan varietas nasional, varietas ini tidak bisa ditanam ditempat lain secara optimal, tidak ada jaminan hasilnya seperti di Musi Rawas. Sehingga lebih menguntungkan petani kita.
“Meskipun sudah alih teknologi dengan pemurnian namun tidak mengurangi kelebihan-kelebihan selama ini. Seperti harum, pulen dan enak.
Perbaikan dengan alih teknologi ini, yang dulu tanaman tinggi rentan roboh, sekarang sudah lebih rendah. Yang tadinya
panen 6 bulan sekarang 115 hari sudah bisa di panen. Jadi potensial panen 3 kali setahun. Kemarin sempat ditayangkan di Batan dan akan dikembangkan terus,” jelasnya.
Sedangkan, Sekretaris Distanak, Tohirin menambahkan, dari hasil ubinan Dayang Muratan 1 ukuran 2,5 x 2,5 meter mendapatkan 5 kg GKP, jika dikonversi menjadi 8 ton/hektar GKP atau 6,64 ton/hektar GKB.
Untuk rata-rata anakan/pot 20 batang/rumpun, rata-rata per malai/rumpun 20 malai, rata-rata bulir/malai 355 bulir/malai, yang bernas 304 sedangkan hampa 51 atau 14,3 persen. Kemudian berat per 1.000 butir 21 gram dan kadar air panen 22 persen.
Sedangkan untuk Dayang Murataran 4 berat ubinan 4,5 kg jika dikoversi menjadi 7,2 ton GKP/hektar atau 5,98 ton GKB/hektar. Rata rata anakan/pot 20 batang/rumpun, rata-rata malai/rumpun 20, rata-rata bulir/malai 355 bulir/malai, bernas 307 bulir, hampa 48 atau 13,5 persen. Kemudian untuk berat per 1.000 butir 17 gram dengan kadar air panen 23 persen.(ADV/SY)